Tittle : “Loving You” New Version “Part 1”
Author : Ryshna & Nova
Facebook : Ryclouds Park / Sweetya Rhiesna & Ade
Nova Yulianti
Ig / Twitter : @tiafaleona
Rate : PG-17
Genre : Sad / Romance / School
Cast : Lee Donghae, Shin Hyunrin, Shim
Changmin, etc
FF ku yang pernah aku
publish di account FB dulu :D but, aku ubah sedikit bahasanya.
Enjoy it…
Author Pov
Mentari pagi mulai merebak
menampakkan sinar hangatnya, memaksa semua makhluk di bumi ini untuk terbangun
dari alam mimpi mereka. Terlihat seorang namja tampan mengeliat pelan saat
sinar matahari itu mencoba menerobos cela-cela tirai jendela kamarnya.
“Eugghh.. Sudah pagi lagi..”
gumamnya tak jelas karna rasa kantuk masih begitu terasa.
Diliriknya jam weker yang
tergeletak di atas meja samping tempatnya tertidur.
“MWO? Jam 7?!” pekik Donghae —nama
namja itu— dengan begitu terkejut.
“Gawat!! Aku harus cepat-cepat!!
Aighoo..” ia melompat dari ranjang dan terburu-buru bersiap menuju sekolahnya.
Tanpa mandi dan menyisir rambut
coklatnya, ia berlari keluar dari rumah mungil miliknya menuju halte bus. Ash!
Sungguh sangat jorok namja ini.
“Aigoo.. Lama sekali bus nya!! Guru
Kim pasti akan menghukumku lagi! Argh!” gerutu Donghae gusar yang Nampak masih
mondar-mandir di halte bus itu.
Setelah menunggu kurang lebih lima
menit dengan mulut yang terus menggerutu, akhirnya bus yang ia tunggu-tunggu
pun tiba dengan sangat terlambat. Sontak saja Donghae memasuki bus itu secepat
kilat dengan bibir yang masih maju beberapa inci.
Sampai di dalam bus, ia tampak
binggung karna semua kursi telah penuh terisi oleh para penumpang. Ya, kecuali
di sana.. Di sebelah yeoja manis yang sedang menggunakan earphone di telinganya
seraya memandang arah jendela. Hmm, semenarik itukah pemandangan luar? Molla.
Tanpa pikir panjang lagi, Donghae
berjalan menuju yeoja itu. Setelah mendudukkan tubuhnya di samping yeoja itu, terlihat
Donghae tak henti-hentinya memperhatikan wajah manis milik gadis di sampingnya
kini.
Donghae Pov
Ku perhatikan dengan teliti wajahnya,
aigoo.. Manis sekali! Tapi tunggu.. Apa dia bisu? Sejak tadi hanya diam saja.
Kemudian terbersit ide jail agar perhatian gadis itu terarah hanya padaku.
“Lalala.. Bwara mr. Simple..
Lalala..” Aku sengaja bersenandung tak jelas demi merebut perhatian yeoja ini,
tapi ia tetap saja tak bergeming sedikitpun.
Mwo? Pabbo! Dia kan memakai
earphone! Mana mungkin dia mendengarku!
Aku hendak menegurnya dengan
menyentuh bahunya, tapi ku urungkan niatku tatkala telingaku menangkap suara
manisnya.
“STOP!” pekik yeoja itu. Entah
mengapa aku begitu penasaran pada yeoja ini.
Ia melihat ke arahku, menatapku
dengan sorot mata yang sulit untuk ku artikan. Manis!
“Permisi Tuan, bisakah aku lewat?”
tuturnya. Omo! Suaranya terdengar begitu merdu bak nyanyian bidadari dari
surga. Aku terpana saat itu juga. Seolah ada angin lembut yang berhembus tepat
saat ia berbicara padaku. Aighoo.
“Tuan?!” panggilnya menyadarkanku.
Aku pun kikuk dibuatnya seraya menggaruk leher belakangku yang tak gatal.
“Eoh? Ne.. Hehe.. Boleh Nona..”
jawabku dengan mengusap tengkukku menahan malu. Aku pun segera memberinya jalan
agar dia dapat lewat.
Ku pandangi terus punggungnya yang
perlahan mulai menjauh pergi dan menghilang karna dia telah turun di depan
sebuah sekolah. Jadi ini sekolah gadis itu? Ash! Donghae Pabo! Siapa namanya?
Kau bahkan tak tahu itu. Payah!
Kemudian perjalanan bus itupun
berlanjut menuju sekolahku.
###
Author POV
Sekolah yang ya bisa di bilang
lumayan bagus. Gedung bertingkat lima dengan lapangan luas di atas tanah merah.
Di keliling lapangan ada banyak pohon pohon sakura dan cemara.
Menambah kesan asri di sekolah yang
bernama shinwa high school.
Donghae berlari kencang menembus
gerbang yang hendak di tutup oleh kim ahjussi penjaga sekolah.
“YAK!!!LEE DONGHAE KAU TERLAMBAT
LAGI EOH?”teriak Guru Kim.
“Mianhae Guru, aku sudah benar
benar telat.” Ujar Donghae sambil terus
berlari menuju kelasnya.
Sreeek
Bunyi pintu bergeser, sosok Donghae
muncul dari balik pintu, namja itu terus berlari ke arah kursi tempat dia
duduk, tidak sadar akan tatapan tajam Guru Park yang menatapnya geram karna
bukan hanya kali ini namja yang sering berulah itu telat. Ash!
“Ehm” Guru Park berdehem membuat Donghae
mendongakkan kepalanya dengan memasang wajah tanpa dosa. Tak lama namja itu
tersenyum.
“Hehe.. Maaf Guru…” gurau Donghae.
Apa Bocah itu berniat bercanda dengan Guru Park? Ash!
“PERGI DAN CEPAT SELESAIKAN SOAL DI
PAPAN TULIS LEE DONGHAE!!!” Teriak Guru Park menggema di ruang kelas. Sebagian
murid di sana bahkan menutup kedua telinga mereka akibat pekikan mengerikan
itu.
Donghae tersentak kaget, Dia pun
berdiri malas lalu menuju ke depan. Karna bingung, akhirnya Donghae menjawab
soal itu dengan asal-asalan.
“Cha.. Sudah Sonsaengnim, aku
berhasil menyelesaikannya. Hehe..” seru Donghae dengan tersenyum simpul.
Lagi-lagi ia berbuat tanpa berpikir terlebih dahulu. Lihatlah kini wajah Guru
Park tampak merah padam dibuatnya.
“APA-APAAN INI!! LEE DONGHAE!!
SEKARANG JUGA, KAU KELUAR DARI KELASKU!!” bentak Guru Park geram. Donghae
memang murid yang nakal dan bodoh di kelasnya, tak heran jika semua guru
terkadang sampai kewalahan menghadapinya.
“Mwo?? Keluar lagi?? Tapi Guru—”
kilah Donghae dijawab dengan bentakan keras dari gurunya.
“K.E.L.U.A.R!!” pekikan kembali
Guru Park membuat Donghae mau tak mau harus keluar dari kelas itu. Bukankah
keluar atau tidak maka hasilnya sama?? Donghae tetaplah tidak akan paham dengan
isi pelajaran tersebut.
“Dasar Ahjussi tua.. Suka sekali
dia memarahiku?” gumam Donghae menyusuri lorong sekolahannya menuju
perpustakaan. Bukan! Dia ke sana bukan untuk belajar, tapi untuk tidur.
Aighoo.. Bocah ini memang sangat membanggakan.
Sesampainya di pojok rak buku
perpustakaan, Donghae mendudukan tubuhnya dan mencari posisi yang nyaman
baginya.
Namja itu mengingat akan sesuatu
yang tadi ia temukan di dalam bus saat berangkat ke sekolah pagi ini. Iapun mengambil
benda itu dari dalam tas ranselnya.
Flash Back on
Donghae Pov
Ku pandangi punggungnya yang
perlahan mulai menjauh pergi dan mengilang karna ia telah turun di depan sebuah
sekolah. SMA Kirin?? Jadi yeoja itu bersekolah di sana rupanya. Pasti dia
pintar menyanyi, pikirku.
Mataku tanpa sengaja menangkap
suatu benda yang tertinggal di tempat duduk yeoja manis tadi. Sebuah buku. Buku
yang sangat indah.
“Buku apa ini?” karna penasaran,
akhirnya aku ambil buku itu.
Ku buka perlahan lembar pertama
dari buku yang kini ku pegang ini.
-Aku berteriak melalui Kalbu-
Itulah kata pertama yang muncul
dari sana. Sungguh membuat banyak tanda Tanya besar dalam otak dangkalku ini.
“Apa maksud kata-kata ini? Apa
gadis itu bisu? Bukankah tadi ia berbicara?” gumamku mencoba menerka-nerka
dengan polos. Sampai akhirnya suara Supir Bus mengangetkanku ditengah lamunan.
“Hey anak muda! Kau bersekolah di Shinhwa
kan? Ini sudah sampai, apa kau tidak mau turun?” pekik Supir Bus itu padaku.
Mungkin ia tahu hal itu dari seragam yang sedang aku kenakan.
“Eoh.. Ne ahjussi.” Aku pun menutup
kembali buku itu, dan memasukkannya kembali ke dalam rensel ku. Dengan segera
aku bergegas turun dengan berlarian.
Flash back off
Karna rasa penasaranku yang begitu
besar ini sudah terlampau batasnya, akhirnya ku putuskan untuk membuka buku itu
lagi dan membacanya.
Lembar pertama ku lewati karna aku
sudah baca isinya, ku buka lembar ke dua..
-Shin Hyunrin, kau hidup
bagaikan seekor putri duyung yang tak bisa berenang di tengah lautan lepas.
Bagaikan peri kecil yang ingin terbang jauh namun tak memiliki sepasang sayap.
Bagaikan rusa cacat yang ingin berlari. Karna kau-- hanyalah sebuah buku kosong
tanpa tulisan-
Lagi, aku dibuatnya heran dan
bingung dengan tulisannya. Apalagi ini? Aku bahkan sama sekali tak mengerti isi
tulisan ini.
“Owh, namanya Shin Hyunrin.. Tapi
tunggu— Apa maksud tulisan ini? Sejak pertama kali melihatnya, ia selalu
membuatku penasaran.” aku menghela nafas sejenak. Apa gadis itu terlampau
pintar? Atau aku saja yang bodoh? Ash! Menbingungkan.
“Ya, ku rasa besok aku harus
membuntutinya.” Desisku menyerah dan berusaha untuk tidur nyenyak hari ini. Aku
tak mau besok kembali terlambat dan menjadi bulan-bulanan para Guru Killer itu.
###
Author POV
Pagi yang dingin, putihnya awan
mulai turun menyelimuti kota Seoul dengan warnanya yang cerah. Donghae
merapatkan hoodie hitamnya agar tubuhnya lebih hangat. Ya cuaca memang sangat
dingin pagi ini. Seperti kemarin, Donghae menemukan yeoja bernama shin Hyunrin
duduk di pojok belakang. Yeoja itu semakin cantik dengan mengenakan hoodie
putih, syal dan penghangat telinga yang berwarna senada. Hingga membuat yeoja
itu terlihat seperti malaikat putih yang sengaja di turunkan Tuhan ke bumi
untuk seorang Lee Donghae. Benarkah? Entahlah.
Perlahan Donghae melangkahkan
kakinya untuk duduk di sebelah Hyunrin gadis manis itu. Wajah tenangnya seolah
menjadi satu-satunya titik perhatian Donghae. Hingga saat matanya terpejam, yeoja
itu tampak semakin manis dari indera penglihatan namja itu. Aighoo.
“Berhenti menatap ku Tuan! Apa kau
ingin berbuat jahat padaku? Tak ada yang bisa kau ambil dari ku!” pekik Hyunrin
seraya membuka matanya seketika itu juga. Mata bulat berwarna hitam pekat milik
Hyunrin menatap sayu mata Donghae. Ya, tatapan mereka bertemu pada posisi ini.
Deg!!!
Kali ini detak jantung Donghae
berdetak dengan sangat cepat. Hingga kini namja itu justru kian terjatuh pada
lamunannya. Ash!
“Apa anda tidak dengar! Jangan
melihat ku seperti itu, aku benci itu, tatapan penuh belas kasihan” Hyunrin
mulai terlihat kesal walau raut wajahnya terlihat tenang dan kata-katanya
sangat datar. Mwo? Belas Kasihan?
“Aaanieya.... Bukan maksud ku
begitu Nona, Nan....”
“Permisi, aku mau turun!” Hyunrin
memotong kata-kata Donghae dengan memencet tombol agar Bus terhenti dan segera
berlalu melewati namja itu.
Kembali Hyunrin merapatkan hoodie
putihnya, dan melangkahkan kakinya untuk berjalan turun dari dalam bus itu.
Entah apa yang ada dalam pikiran
namja bodoh itu hingga ia mengikuti Hyunrin dari arah belakang. Menguntit?
Molla.
Sekitar satu lima meter Hyunrin
melangkah, tiba-tiba yeoja itu berhenti. Ia merasa ada yang mengalir dari dalam
hidungnya dan keluar bebas jatuh dalam telapak tangannya yang menadah. Dan
cairan kental itu berwarna merah pekat. Darah!
“Ah selalu seperti ini?” gumam Hyunrin
seraya tersenyum miris. Kemudian yeoja itupun segera mengambil tissue dari
dalam tasnya dan dengan cepat menghapus jejak merah itu dari hidungnya.
Namun tak lama yeoja itu tiba-tiba merasa
sakit di sekitar leher dan kepalanya. Sangat sakit! Pandangan yeoja itu mulai
kabur hingga akhirnya Hyunrin terjatuh tak sadarkan diri.
Dari kejauhan Donghae yang sejak
tadi memperhatikan Hyunrin itupun langsung lari mendekati gadis manis itu yang
sudah tergeletak di jalan.
“Omo!! Ada apa dengan yeoja ini??
M-mwo?? Da-darah?!” pekik Donghae panik melihat darah yang kembali mengalir
dari hidung Hyunrin. Dengan gusar Donghae pun lantas menggendong tubuh mungil Hyunrin
menuju rumahnya. Karna Donghae pun bingung akan membawa yeoja itu kemana,
sementara Donghae tak tahu alamat rumah Hyunrin.
Sesampainya di rumahnya, Donghae
membaringkan Hyunrin pada ranjang, tempat tidurnya. Donghae menyentuh dahi Hyunrin
mencoba mengecek suhu badan yeoja itu.
“Tidak panas.. Tapi kenapa dia
pucat begini?” seru Donghae gelisah. Entah mengapa namja itu merasa begitu
panik saat melihat keadaan Hyunrin seperti ini. Ia merasa bertanggungjawab atas
yeoja ini jika terjadi hal buruk.
“Tunggu, jika gadis ini memang
sakit, pasti di tas nya ada obat atau setidaknya vitamin.” gumam namja itu yang
telah berpikir keras.
Segera Donghae pun lekas memeriksa
tas Hyunrin, dan benar saja terdapat satu box obat yang Donghae sendiri belum
pernah mengetahuinya, bahkan meminumnya. Entah obat macam apa itu. Mungkin jika
jumlahnya dihitung ada sekitar 100an tablet obat-obatan tadi.
“Aigoo.. Banyak sekali obatnya? Mungkinkah
gadis ini meminumnya semua?” desis Donghae semakin kalut. Namja itu bagaikan
kebakaran jenggot. Ia panic setengah mati.
“Lebih baik, minumkan obat itu
salah satunya saja..”
Akhirnya, Donghae pun bergegas ke
dapur mengambil segelas air putih lantas kembali lagi ke kamarnya.
“Yang ini saja..” Donghae mengambil
salah satu obat itu dan meminumkannya pada Hyunrin yang sedang tergeletak
lemah. Obat itu pun telah tertelan di mulut Hyunrin, namun keadaannya masih
sama, gadis itu belum juga sadar.
“Ya Tuhan, apa jangan-jangan aku
salah meminumkan obatnya tadi? Aigoo.. Bagaimana ini? Kalau dia keracunan
bagaimana?” Donghae bertambah gusar, ia bahkan melupakan kewajibannya untuk
sekolah hanya karna Hyunrin, gadis yang bahkan baru ia temui selama dua kali.
Aighoo.
Ketika Donghae sedang kalut-kalutnya,
pintu rumahnya diketuk oleh seseorang dengan tak sabaran.
TOK TOK
“Mwo?? Siapa yang datang pagi-pagi
begini?? Ash! Apa dia tak tahu aku sedang kebingungan?!” cercanya.
Dengan kesal Donghae pun lekas
berjalan menuju pintu. Saat pintu itu terkuak, nampaklah sosok sahabat
karibnya.
“Annyeong Donghae-ssi.. Benar
dugaanku, kau juga membolos kan? Haha.. Feeling ku memang selalu tepat..” ujar Changmin
dengan tersenyum lebarnya. Mereka berdua memang terkadang menghabiskan waktu
bolos bersama walau tidak satu kelas. Aighoo, anak jaman sekarang.
“Mwo?? Mau apa kau kemari?? Aku
sibuk.. Lain kali saja..” Donghae hendak menutup kembali pintunya, namun dengan
segera, Changmin menahannya. Namja itu kian curiga pada sikap Donghae yang
berlebihan ini.
“Aigoo.. Tidak biasanya kau
mengusirku?? Ada apa hah?? Jangan-jangan kau.. Kau menyembunyikan sesuatu
padaku ne??” Changmin semakin curiga dengan gelagat aneh dari Donghae.
“Menyembunyikan sesuatu?? T—tidak..
Tidak..” kilah Donghae berusaha menutupinya.
“Ahh.. Sudahlah aku tahu.. Awas..!
Jangan halangi aku!”
Changmin memaksakan diri memasuki
rumah Donghae, namun si pemilik rumah menahannya sekuat tenaga. Terjadilah
adegan dorong—tarik pintu di depan rumah mungil itu. Namun tak berselang lama, Changmin
pun berhasil membuat Donghae kalah dan jatuh tersungkur.
BUGG
“Arggh..” rintih Donghae menahan
sakit di lengannya.
“Mianhae.. Aku hanya ingin melihat
rumahmu saja.. Salahmu sendiri bertingkah aneh aku kan jadi ingin— M-mworago??
Seorang yeoja tidur di ranjangmu?!” pekik Changmin kaget tatkala penglihatannya
menangkap sosok yeoja manis yang tergeletak lemah di atas ranjang Donghae. Jadi
ini alasan Donghae menahan pintu itu?
Dengan terpaksa Donghae pun mau tak
mau harus menjelaskan semua kejadian yang dialaminya tadi pagi pada
-sahabatnya- Changmin. Ia menjelaskan dengan detail apa saja yang membuatnya
bertemu dan membawa Hyunrin kemari dalam keadaan tak sadar.
“Omo! Kasian sekali gadis itu..”
gumam Changmin seraya memandang sekilas gadis itu.
“Ne, maka dari itu aku menolongnya.
Mana mungkin aku membiarkan yeoja yang tergeletak pingsan di tengah jalan?
Meski pun orang bilang aku seperti preman, tapi aku juga masih punya hati.”
Sahut Donghae. Kali ini niatnya sungguh tulus.
“Nde kau benar. Sekarang apa yang
akan kau lakukan hah?” tanya Changmin.
“Aku juga bingung. Aku tak tahu
lagi harus apa. Tadi aku sudah meminumkannya obat yang ku temukan di dalam tas
yeoja itu. Tapi sampai sekarang dia belum juga sadar. Aku khawatir terjadi
sesuatu yang buruk padanya.” timpal Donghae dengan terus memandangi wajah pucat
Hyunrin.
“Obat?? Coba ku lihat obatnya.”
Donghae pun memberikan box obat
milik Hyunrin itu pada Changmin. Setelah diamati baik-baik, Changmin seperti
teringat akan sesuatu hal. Ia seperti pernah melihat obat semacam ini
sebelumnya.
“Donghae-ya, aku pernah melihat
obat ini. Obat ini sering diminum oleh Appa ku dulu.” Timpal Changmin.
“Mwo? Bukankah appa mu sudah..”
ucapan Donghae terhenti. Ya, Appa Changmin memang telah meninggal dua tahun
yang lalu. Dan obat yang Changmin pegang sekarang ini adalah obat yang sama
persis dengan obat yang dulu sering diminum oleh Appa nya sewaktu masih hidup
dulu saat menjalani pengobatan.
“Ne.. Geunde, aku lupa nama
penyakitnya.. Yang pasti, penyakit itu yang merenggut nyawa Appa ku Donghae-ya.”
mata Changmin mulai berkaca-kaca manakala mengingat peristiwa saat itu. Ia
seolah tak ingin orang yang berada di dekatnya mengalami nasib yang sama dengan
Appanya, meninggal karna penyakit yang menyiksa itu.
“Omo!! Jadi gadis ini— mengidap
penyakit separah itu? Pantas saja.. Buku itu.. Ah, ya.. Di dalam buku itu pasti
ada petunjuk lain.”
Dengan cepat Donghae melompat dan lantas
mencari keberadaan buku milik Hyunrin yang masih ada padanya.
Dengan gusar ia membolak-balik tiap
lembar buku itu. Dan ia menemukan sebuah tulisan menyerupai catatan harian,
semacam jadwal?
“Ini dia.. Mwo? Jadwal check up?
Hari ini adalah jadwal Hyunrin check up di rumah sakit.”
“Donghae-ya, kajja kita bawa yeoja
ini ke rumah sakit saja.. Aku takut jika ia dibiarkan di sini lebih lama lagi,
keadaannya akan bertambah memburuk..” usul Changmin diikuti anggukan cepat dari
Donghae.
Mereka pun segera membawa Hyunrin
dan bergegas menuju rumah sakit seperti yang tertulis di dalam buku harian itu.
Changmin dan Donghae segera membawa Hyunrin kerumah sakit terdekat.
Donghae terlihat sangat panik
hingga dia membawa Hyunrin kesana kemari mencari dokter yang merawat Hyunrin.
Astaga! Masih sempat bocah itu bertingkah bodoh dalam keadaan genting seperti
ini!
“Aigo Hae-ya kau ini bodoh eoh?
Mengapa bawa Hyunrin ke dokter kandungan!” tegur Changmin seraya menoyor kepala
Donghae saat namja itu hendak membawa masuk Hyunrin ke dalam ruangan yang
ternyata adalah Spesialis kandungan. Aighoo namja itu sungguh tak mengunakan
organ otaknya dengan betul.
“Ah bukankah sama-sama Dokter?”
tanya Donghae polos.
“Tentu saja beda bodoh, ah kau ini!
Sudah kajja kita kesana, mungkin tempat nya di sebelah sana” tunjuk Changmin ke
arah berlawanan.
“Kenapa baru datang?” tanya Dokter Kang
saat melihat Hyunrin yang terlihat semakin pucat dan tak sadarkan diri.
“Aku menemukan dia jatuh di jalan
tadi pagi. Apa dia baik-baik saja?” tanya Donghae khawatir.
“Dia kedinginan, Hyunrin tidak
boleh kedinginan, sebab saat ini tumor otaknya sudah sampai stadium Akhir..”
ujar Dokter Kang serius memaparkan kenyataan pahit itu.
“Mworago!!!!!”
Sentak saja Donghae dan Changmin dengan
kompak menganga mendengar ucapan Dokter itu. Omo! Tumor Otak? Stadium Empat?
Entah bagaimana rasanya ada pada posisi itu?
“Sudah Dokter! Cukup! Jangan di
ceritakan lagi aku sudah baik-baik saja. Gomawo sudah menolong ku, tapi lain
kali saat kita bertemu lagi, jangan melihat ku seperti itu, memandang dengan
rasa iba, aku benci hal itu..” ucap Hyunrin datar seraya sadar dari pingsannya berusaha
keras untuk hendak bangkit sendirian tanpa bantuan siapapun.
”Apa kau sudah bisa berdiri
sendiri?” Tanya Donghae dengan sangat kuatir.
“Jangan hiraukan aku. Aku bukan
bayi. Jadi jangan memapahku. Aku bisa berjalan sendiri.” Timpal Hyunrin egois.
Ia sungguh gadis yang keras kepala. Bahkan dalam kondisi seperti ini ia masih
memikirkan ego nya.
“Yak!!! Kau sombong sekali huh?
Sudah bagus kami menolong mu tapi.....” cerca Changmin gemas.
“Aku sudah mengatakan terima kasih.
Apa kau tidak dengar? Lain kali jika bertemu lagi idak usah menolong lagi. Aku
tidak butuh!” potong Hyunrin menghentikan kata-kata Changmin dan berusaha untuk
berjalan dengan tertatih.
“Dokter sepertinya aku tidak usah
mendengar nasehat mu lagi. Ini sudah kesekian kalinya apa kau tak lelah?
Lagipula aku ke sini hanya untuk menebus obat saja.”
”Tapi Hyunrin, kau—”
“Jangan kuatir Paman, aku sudah
biasa melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Jangan pikirkan itu.”
Hyunrin membungkukkan tubuhnya sedikit tanda ia berpamitan pada Dokter Kang
yang tak lain adalah pamannya sendiri.
Pintu itu tertutup pelan,
meninggalkan keheningan di ruangan itu. Donghae terdiam memikirkan begitu
banyak hal. Dan Changmin? Ia menggerutu hebat karna itu.
“Aighoo bagaimana kau bisa memiliki
keponakan seperti itu Dokter Kang? Ash! Apa dia tidak pernah ditolong orang
sebelumnya?”
Nampak Donghae kini sibuk menatap
pintu yang kini sudah di tutup itu. Kekuatiran itu kian membesar begitu saja.
Terlihat dari lorong kuridor itu Hyunrin
berjalan pelan menuju Apotik. Setelah menebus obat, dia segera pulang meski
dengan langkah yang ia seret paksa. Ya gadis itu memang egois dan tak mau
dikasihani orang lain.
---
Awan jingga tampak mempesona
dibalik warna keabuan di atas sana. Udara Seoul sangat dingin sore itu. Walau
memakai baju setebal apapun tetap saja dingin itu mampu masuk menusuk hingga ke
dalam tulang-tulang manusia. Gadis itu tampak duduk memandangi langit indah itu
seraya merasakan hawa dingin ini.
‘Jangan
pernah merasa kasihan padaku! Itu hanya akan membuatku semakin membenci
hidupku. Membenci takdir ku! Setahun? Hanya satu tahun waktu ku di sini, tidak
bisa di lebih lama lagi, yang ada hanya akan di percepat. Sakit di kepala
seperti ditusuk oleh ribuan jarum saat datang. Obat pahit ini. Mau tak mau
harus aku telan dengan paksa setiap hari. Entah sudah habis berapa butir obat
yang telah aku minum selama ini? Bahkan mulutku saat ini seolah terus terasa
pahit. Dan entah Tuhan menyayangiku atau
tidak? Hingga aku diberi cobaan berat seperti ini. Menyesal? Tidak! Jika aku
menyesal, mungkin kini aku sudah bunuh diri untuk mengakhiri hidupku. Entah
kenapa aku kembali memikirkan hal ini? Padahal sudah sejak lama aku tau vonis
Dokter itu. Tapi, kenapa aku kembali menangisinya? Karna namja itu? Anniya!
Mana mungkin?’ batinnya.
Tak lama Hyunrin bangkit dan berjalan
menyusuri jalan setapak itu seraya berusaha untuk dapat menenangkan dirinya.
Entah apa yang ia pikirkan kini?
Terlihat Yeoja itu mendekat pada
pinggiran sungai dan melempar obat-obat itu, membuangnya jauh ke dalam dasar
sungai! Gila! Apa gadis itu ingin mempercepat kematiannya? Aliran deras airmatanya
menggoreskan betapa sakit hidupnya selama ini.
‘Maafkan
aku Paman Kang, kurasa obat-obatan ini bahkan tak berpengaruh apapun pada
hidupku yang singkat ini. Tak ada perubahan sama sekali. Aku sudah jengah
menelannya. Mianhae Paman.’
Ada apa dengan gadis ini? Apa yang
sesungguhnya ada dalam pikirannya saat ini?
###
Di sisi lain Donghae dan Changmin
berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit itu dengan hati yang kalut, iba,
serta gelisah. Apalagi jika mengingat kata-kata dari Dokter Kang setelah Hyunrin
keluar dari ruangannya tadi.
'Hyunrin mengidap Kanker otak
stadium akhir, dia di vonis oleh tim Dokter rumah sakit ini hidupnya tinggal
satu tahun lagi. Segala upaya telah kami coba agar dia mau menjalani terapi
pengobatan, tapi Hyunrin selalu menolaknya. Ia bahkan selalu melupakan jadwal
check up nya. Padahal hal ini demi kesehatannya sendiri. Hmmm… Aku bahkan
merasa sangat bersalah karna aku belum bisa menjadi Paman yang baik untuknya
selama ini.'
Donghae menghentikan langkahnya,
dan menghela nafasnya yang terasa begitu berat pada titik ini.
“Aku sungguh tak menyangka, gadis
semanis dia harus menanggung beban yang begitu berat seorang siri.” gumam Donghae.
Namja itu seakan terbuka hatinya melihat penderitaan Hyunrin yang tak terlihat
pada awal pertemuan mereka.
“Ne, kau benar Donghae-ya.. Ku rasa
yeoja itu pasti kesepian.. Tidak ada yang mau berteman dengannya. Apalagi
sikapnya yang cuek, tertutup dan tidak mau berbagi itu. Dan egonya yang besar!
Ash! Sungguh sangat mengesalkan!” celetuk Changmin.
“Mwo? Ah, ne.. Aku jadi ingin lebih
mengenalnya. Dan lebih mengetahui bagaimana hidupnya selama ini?” desis Donghae.
Ada semacam getaran pada diri Donghae yang entah datang dari mana asalnya, saat
ia sedang berhadapan dengan Hyunrin. Mungkinkah itu rasa suka? Ia menyukai Hyunrin?
Molla
###
Terlihat Hyunrin terus menangis
diam di pinggir Sungai Han tepatnya di bawah sinar mentari yang semakin condong
ke arah barat. Hingga tak terasa bagi yeoja itu hari telah beranjak senja dan
hampir malam. Hyunrin pun memilih untuk pulang ke rumahnya yang selalu sepi
itu. Orang tuanya menggurus bisnis mereka di Jepang. Bahkan kedua orang tua Hyunrin
tak tahu jika anak semata wayangnya itu mengidap penyakit berbahaya yang
sewaktu-waktu bisa saja merenggut jiwanya. Mungkin inilah kemauan Hyunrin. Mati
dengan tanpa diketahui orang di sekelilingnya, jadi baginya tidak akan terlalu
menjadi beban tatkala melihat orang yang ia sayangi menangis saat nanti
kematian datang menjemputnya. Itu kenyataan yang sungguh pahit.
Dengan langkah gontai, Hyunrin
terus menyeret kakinya menuju rumah.
Sesampainya di sana, Ahjumma yang
telah lama bekerja di rumahnya menyambut gadis itu.
“Nona Hyunrin, anda baik-baik saja?
Apa anda sudah makan? Perlu ku buatkan makanan?” rentetan pertanyaan itu hanya
dijawab dengan satu kata dari mulut Hyunrin.
“Anniya.” gumamnya lantas memasuki
kamar. Mengunci diri di sana demi mencari ketenangan.
Pintu kamar tertutup, menyisakan Hyunrin
yang berdiri tepat di balik pintu kamar ini. Tubuh kurus yeoja itu merosot ke
bawah. Menangis, hanya hal itu yang Hyunrin bisa lakukan saat ini. Setelah diberitahu
bahwa umurnya tak lama, yeoja itu hanya mau menyendiri, terkadang Hyunrin tidak
mau masuk sekolah. Ia hanya masuk saat ia sungguh bosan di rumah. Dengan umurnya
yang hanya satu tahun kurang, ia merasa mustahil dapat belajar dengan giat dan
mengejar cita-citanya. Ia merasa percuma saja hidup ini dijalani jika pada
akhirnya hanya akan pergi dengan cepat. Jatuh cinta? Untuk apa? Ia merasa masa
remaja ini tak ada gunanya. Bahagia bahkan tak pernah sedikitpun menghampiri
hidupnya yang pahit dan singkat ini.
“Aku benci takdir… Aku benci obat
dan rumah sakit itu! Aku benci!” isakan yeoja itu terdengar pilu dengan
lirihnya angin malam ini. Mengapa hal pahit ini harus terjadi padanya seorang
diri? Pernahkah ia melakukan salah sebelumnya? Tersirat sebuah kesedihan yang
sangat dalam, dadanya sesak menahan penderitaannya sendirian selama ini.
###
Malam itu Donghae sama sekali tidak
bisa tidur, tubuhnya selalu bergerak. Seolah ada yang mengganjal sehingga namja
itu sulit untuk sekedar memejamkan matanya.
Hyunrin, Hyunrin, hanya nama itu
yang muncul di dalam pikirannya saat Donghae hendak menutup mata. Terbayang
wajah datar dan pucat yeoja itu. Pasti sangat menyakitkan berada pada posisi
itu. Bisakah sekejap saja ia bertukar posisi dengan Hyunrin? Sehari saja…
Besoknya Donghae kembali berangkat
sekolah setelah kemarin sempat bolos bersama Changmin. Di dalam bus yang sama, Donghae
menatap kursi belakang tempat biasa Hyunrin duduk seraya mendengarkan music
dari earphonenya, kali ini tak ada sosok yeoja itu di sana. Kosong.
Dengan pelan Donghae pun duduk di
kursi favorit Hyunrin. Entah mengapa namja itu hanya memikirkan gadis itu
seorang, sedikitpun tak pernah lepas dari ingatannya sejak kemarin.
“Yak!!! Donghae-ya kau sekolah juga
eoh? Ku kira akan membolos lagi?” sapa Changmin saat mereka bertemu di lapangan
sekolah.
Diam! Donghae bahkan tak berniat
untuk sekedar menjawab sapaan Changmin sedikitpun. Namja itu seolah tak
mendengar sapaan dari sahabatnya itu, langkah kakinya terus berjalan masuk ke
dalam kelas. Layaknya Zombie yang hanya berjalan lurus. Omo! Mengerikan sekali
namja itu.
“Ash! Kenapa lagi dengan bocah
tengik itu? Tingkahnya sungguh sangat aneh” gumam Changmin menatapi punggung Donghae
yang kian menjauh darinya.
###
Bunyi bell sekolah menandakan pelajaran
hari ini telah usai. Murid-murid pun segera bergegas membereskan meja untuk
bersiap pulang. Tapi ada yang lain dengan Donghae, namja itu sejak tadi hanya
melamun, ia seakan tak mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru tadi
sedikitpun. Bagaimana ia bisa fokus pada pelajaran, jika pikirannya kini hanya
terisi oleh bayangan Hyunrin.
Dengan gontai Donghae melangkahkan
kakinya melewati koridor sekolah, hingga tanpa sengaja ia menabrak seorang
namja.
Brug!
Namja itu tersungkur ke tanah
dengan wajahnya yang memerah antara menahan malu, kesal serta sakit. Ya,
bagaimana tidak? Semua orang di sana memandang namja yang terjatuh tadi dengan
tatapan iba, bahkan sebagian ingin tertawa namun ditahan.
Sedangkan Donghae? Ia masih saja
belum sadar kalau tadi ia tanpa sengaja telah membuat seorang namja jatuh
tersungkur dengan amat memalukan.
“Yak!! Tunggu!” pekik geram namja
yang jatuh tadi dengan penuh emosi.
Lagi! Donghae masih saja
melangkahkan kakinya tanpa menghiraukan pekikan namja itu sama sekali.
“YAK LEE DONGHAE!” bentak Hankyung
dengan emosi yang berapi-api. Ia mencengkram kerah baju Donghae agar namja itu
sadar akan keberadaannya.
“Kau ini buta dan tuli ya!! Kau
telah membuatku jatuh lalu kau dengan begitu saja pergi tanpa meminta maaf pada
ku, hah!! Tidak akan ku biarkan!! Apa kau tak tahu siapa aku huh!”
Hankyung mengepalkan tangannya
mendaratkan satu pukulan keras pada pipi Donghae yang mulus.
Bugg!
Aighoo. Donghae tak mengelak atau
bahkan melawannya. Ia linglung begitu saja tanpa perlawanan. Kini Donghae pun
tersungkur pada lantai itu.
“Rasakan itu!! Kau pikir aku takut
padamu hah?! Bodoh! Pukulan segitu saja kau tidak mampu menghindar!” sindir
Hankyung. Ia sengaja memancing emosi Donghae dengan sindiran itu. Ya, Hankyung
memang termasuk salah satu namja nakal di Shinhwa. Dia juga sering dihukum oleh
guru karna sering berkelahi dengan teman satu sekolahnya tanpa alasan yang
jelas. Seperti halnya kejadian ini, ia memukul Donghae hanya karna namja itu
tak meminta maaf atas kesalahan yang bahkan tak disengaja itu.
Terlihat Donghae mengusap ujung
bibirnya yang nampak berdarah, kini sudut bibirnya itu nampak membekas menjadi luka
lebam kebiruan.
“Mianhae..” desis Donghae lirih. Ia
lantas bangkit, dan melangkah kembali dengan gontai lantas menjauh dari tempat
itu. Sungguh bocah itu seolah kesurupan.
“Hah.. Bocah itu kelihatan tidak
takut padaku.. Rupanya dia belum tahu
siapa sebenarnya Hankyung! Coba kita lihat seberapa kuat Lee Donghae.. Tunggu
saja besok, aku yakin kau akan mati ditanganku!” desis Hankyung penuh dendam.
Anak nakal itu seolah merencanakan sesuatu yang jahat pada Donghae.
###
Nampak Donghae memilih berjalan
kaki untuk kembali ke rumahnya. Pukulan Hankyung tadi hanya ia anggap sebagai
angin lalu yang tak berpengaruh apa-apa terhadap dirinya. Ia tak merasakan
sakit sedikitpun. Namja tampan itu terus menyeret kakinya menuju jalanan Seoul
dengan langkah linglung yang terlihat begitu berat. Entah apa yang ada dalam
pikiran namja itu, hingga langkahnya justru membawa tubuh Donghae sampai di
depan SMA Kirin, tempat dimana Hyunrin bersekolah. Apa ia merindukan sosok
gadis keras kepala itu?
“Mwo? Mengapa aku lewat sekolah
ini? Ada apa denganku?” desis Donghae kebingungan, ia hendak melangkahkan
kembali kakinya, namun ia mengurungkan niatnya itu tatkala melihat sosok gadis
yang ia kenal berjalan dari halaman sekolah itu menuju trotoar jalan. Ya, yeoja
itu tidak lain adalah Hyunrin. Gadis yang telah menguras banyak pikirannya
selama ini.
Seulas senyum seketika itu juga
terukir dari sudut bibir manis Donghae saat melihat yeoja itu dalam keadaan
baik-baik saja. Entahlah, hanya dengan melihat gadis itu saja ia dapat bernafas
lega dan tersenyum kembali layaknya mendapat sebuah energi baru. Sungguh aneh
memang bocah itu. Ckck!
Kali ini Donghae sengaja tidak
menegur atau memanggil nama Hyunrin, ia justru memilih mengekor diam-diam di
belakangnya yeoja itu. Layaknya seorang Stalker.
Di sisi lain, entah apa yang Hyunrin
rasakan kini, ia berjalan lunglai, bahkan sesekali ia menabrak orang yang
berpapasan dengannya. Melihat itu, Donghae hendak menolongnya, namun ia cegah
niatnya. Namja itu masih mengingat dengan jelas penolakan dari Hyunrin saat ia
menolong gadis itu. Gadis keras kepala itu tak suka ditolong terang-terangan
oleh orang lain. Hal itu membuat Hyunrin tampak lemah. Dan ia benci itu.
“Aigoo.. Kau kenapa Hyunrin? Apa
kau merasakan sakit itu lagi huh?” gumam Donghae dengan terus mengawasi yeoja
yang ada tak jauh berada di depannya.
Tak berselang waktu lama, Hyunrin
pun sampai di depan pintu rumahnya lalu menghilang di balik pintu itu. Donghae
hanya mampu mengintip yeoja itu di balik pagar rumah Hyunrin, ia masih memutar
otaknya untuk mencari cara bagaimana ia bisa masuk ke dalam rumah itu dan
memastikan Hyunrin dalam keadaan
baik-baik saja.
“Ayolah Lee Donghae.. Kau pasti
punya caranya.. Kau tidak sebodoh itu..” Donghae bergumam tidak jelas dengan terus
mondar-mandir di depan pintu gerbang rumah Hyunrin untuk mencari sebuah cara.
Jika dilihat seperti ini, namja itu terlihat layaknya maling yang akan mencuri
mangga tetangganya. Ash!
tbc....
Well…. Coment yesss.. :p
next part
Terlihat Hyunrin jatuh tepat diatas tubuh kekar Donghae! Mata keduanya saling beradu cukup lama dengan jarak yang sangat sangatlah dekat! Hingga dengan gilanya Donghae terhanyut dan tanpa sadar mendaratkan bibirnya tepat di bibir mungil Hyunrin. Karna masih waras, sentak saja gadis itu dengan cepat mendorong dada bidang Donghae dan segera bangkit. Hyunrin mengusap-usap kasar bibirnya mencoba menghapus jejak bibir Donghae di sana.Sedangkan Donghae? Ia bangkit dengan senyum tak jelas yang menggembang di bibirnya itu. Astaga.
“Dasar namja mesum!!” seru Hyunrin yang bangkit dan tampak amat kesal.
---
“Ah aku rasa aku mulai menyukainya. Aku bahkan ingin dia bahagia. Aku sangat ingin mengisi tiap lembar hari-harinya sampai lembar terakhir. Akan ku buat senyuman termanis dari bibirnya di setiap lembar harinya. Aku ingin ia tersenyum manis karna aku berada di sampingnya..”
“Kau yakin akan melakukan hal sulit itu?”
“Aku yakin! Aku pasti bisa menaklukkan hatinya yang dingin itu.”
“Ash! Stop!!! Aku ngantuk. Kau terlalu banyak berbicara.” Changmin menutup telinga nya dengan bantal karna Donghae kian menggila.
'Shake It' (video game) - YouTube
BalasHapus“Shake It” (game) – Video game · “Shake It” – Video game · “Shake It” – Video game · “Shake It” – Video game · “Shake It” – Video game · “Shake It” – youtube to mp3 convert Video game