Minggu, 16 Agustus 2015

“Loving You” New Version “Part 1”


Tittle               : “Loving You” New Version “Part 1”
Author            : Ryshna & Nova
Facebook        : Ryclouds Park / Sweetya Rhiesna &  Ade Nova Yulianti
Ig / Twitter     : @tiafaleona
Rate                : PG-17
Genre              : Sad / Romance / School
Cast                : Lee Donghae, Shin Hyunrin, Shim Changmin, etc

FF ku yang pernah aku publish di account FB dulu :D but, aku ubah sedikit bahasanya.

Enjoy it…

Author Pov

Mentari pagi mulai merebak menampakkan sinar hangatnya, memaksa semua makhluk di bumi ini untuk terbangun dari alam mimpi mereka. Terlihat seorang namja tampan mengeliat pelan saat sinar matahari itu mencoba menerobos cela-cela tirai jendela kamarnya.

“Eugghh.. Sudah pagi lagi..” gumamnya tak jelas karna rasa kantuk masih begitu terasa.
Diliriknya jam weker yang tergeletak di atas meja samping tempatnya tertidur.

“MWO? Jam 7?!” pekik Donghae —nama namja itu— dengan begitu terkejut.

“Gawat!! Aku harus cepat-cepat!! Aighoo..” ia melompat dari ranjang dan terburu-buru bersiap menuju sekolahnya.
Tanpa mandi dan menyisir rambut coklatnya, ia berlari keluar dari rumah mungil miliknya menuju halte bus. Ash! Sungguh sangat jorok namja ini.

“Aigoo.. Lama sekali bus nya!! Guru Kim pasti akan menghukumku lagi! Argh!” gerutu Donghae gusar yang Nampak masih mondar-mandir di halte bus itu.

Setelah menunggu kurang lebih lima menit dengan mulut yang terus menggerutu, akhirnya bus yang ia tunggu-tunggu pun tiba dengan sangat terlambat. Sontak saja Donghae memasuki bus itu secepat kilat dengan bibir yang masih maju beberapa inci.
Sampai di dalam bus, ia tampak binggung karna semua kursi telah penuh terisi oleh para penumpang. Ya, kecuali di sana.. Di sebelah yeoja manis yang sedang menggunakan earphone di telinganya seraya memandang arah jendela. Hmm, semenarik itukah pemandangan luar? Molla.
Tanpa pikir panjang lagi, Donghae berjalan menuju yeoja itu. Setelah mendudukkan tubuhnya di samping yeoja itu, terlihat Donghae tak henti-hentinya memperhatikan wajah manis milik gadis di sampingnya kini.

Donghae Pov

Ku perhatikan dengan teliti wajahnya, aigoo.. Manis sekali! Tapi tunggu.. Apa dia bisu? Sejak tadi hanya diam saja. Kemudian terbersit ide jail agar perhatian gadis itu terarah hanya padaku.

“Lalala.. Bwara mr. Simple.. Lalala..” Aku sengaja bersenandung tak jelas demi merebut perhatian yeoja ini, tapi ia tetap saja tak bergeming sedikitpun.
Mwo? Pabbo! Dia kan memakai earphone! Mana mungkin dia mendengarku!
Aku hendak menegurnya dengan menyentuh bahunya, tapi ku urungkan niatku tatkala telingaku menangkap suara manisnya.

“STOP!” pekik yeoja itu. Entah mengapa aku begitu penasaran pada yeoja ini.
Ia melihat ke arahku, menatapku dengan sorot mata yang sulit untuk ku artikan. Manis!

“Permisi Tuan, bisakah aku lewat?” tuturnya. Omo! Suaranya terdengar begitu merdu bak nyanyian bidadari dari surga. Aku terpana saat itu juga. Seolah ada angin lembut yang berhembus tepat saat ia berbicara padaku. Aighoo.

“Tuan?!” panggilnya menyadarkanku. Aku pun kikuk dibuatnya seraya menggaruk leher belakangku yang tak gatal.

“Eoh? Ne.. Hehe.. Boleh Nona..” jawabku dengan mengusap tengkukku menahan malu. Aku pun segera memberinya jalan agar dia dapat lewat.
Ku pandangi terus punggungnya yang perlahan mulai menjauh pergi dan menghilang karna dia telah turun di depan sebuah sekolah. Jadi ini sekolah gadis itu? Ash! Donghae Pabo! Siapa namanya? Kau bahkan tak tahu itu. Payah!

Kemudian perjalanan bus itupun berlanjut menuju sekolahku.

###

Author POV

Sekolah yang ya bisa di bilang lumayan bagus. Gedung bertingkat lima dengan lapangan luas di atas tanah merah. Di keliling lapangan ada banyak pohon pohon sakura dan cemara.
Menambah kesan asri di sekolah yang bernama shinwa high school.
Donghae berlari kencang menembus gerbang yang hendak di tutup oleh kim ahjussi penjaga sekolah.

“YAK!!!LEE DONGHAE KAU TERLAMBAT LAGI EOH?”teriak Guru Kim.

“Mianhae Guru, aku sudah benar benar telat.” Ujar  Donghae sambil terus berlari menuju kelasnya.

Sreeek

Bunyi pintu bergeser, sosok Donghae muncul dari balik pintu, namja itu terus berlari ke arah kursi tempat dia duduk, tidak sadar akan tatapan tajam Guru Park yang menatapnya geram karna bukan hanya kali ini namja yang sering berulah itu telat. Ash!

“Ehm” Guru Park berdehem membuat Donghae mendongakkan kepalanya dengan memasang wajah tanpa dosa. Tak lama namja itu tersenyum.

“Hehe.. Maaf Guru…” gurau Donghae. Apa Bocah itu berniat bercanda dengan Guru Park? Ash!

“PERGI DAN CEPAT SELESAIKAN SOAL DI PAPAN TULIS LEE DONGHAE!!!” Teriak Guru Park menggema di ruang kelas. Sebagian murid di sana bahkan menutup kedua telinga mereka akibat pekikan mengerikan itu.
Donghae tersentak kaget, Dia pun berdiri malas lalu menuju ke depan. Karna bingung, akhirnya Donghae menjawab soal itu dengan asal-asalan.

“Cha.. Sudah Sonsaengnim, aku berhasil menyelesaikannya. Hehe..” seru Donghae dengan tersenyum simpul. Lagi-lagi ia berbuat tanpa berpikir terlebih dahulu. Lihatlah kini wajah Guru Park tampak merah padam dibuatnya.

“APA-APAAN INI!! LEE DONGHAE!! SEKARANG JUGA, KAU KELUAR DARI KELASKU!!” bentak Guru Park geram. Donghae memang murid yang nakal dan bodoh di kelasnya, tak heran jika semua guru terkadang sampai kewalahan menghadapinya.

“Mwo?? Keluar lagi?? Tapi Guru—” kilah Donghae dijawab dengan bentakan keras dari gurunya.

“K.E.L.U.A.R!!” pekikan kembali Guru Park membuat Donghae mau tak mau harus keluar dari kelas itu. Bukankah keluar atau tidak maka hasilnya sama?? Donghae tetaplah tidak akan paham dengan isi pelajaran tersebut.

“Dasar Ahjussi tua.. Suka sekali dia memarahiku?” gumam Donghae menyusuri lorong sekolahannya menuju perpustakaan. Bukan! Dia ke sana bukan untuk belajar, tapi untuk tidur. Aighoo.. Bocah ini memang sangat membanggakan.

Sesampainya di pojok rak buku perpustakaan, Donghae mendudukan tubuhnya dan mencari posisi yang nyaman baginya.

Namja itu mengingat akan sesuatu yang tadi ia temukan di dalam bus saat berangkat ke sekolah pagi ini. Iapun mengambil benda itu dari dalam tas ranselnya.

Flash Back on

Donghae Pov

Ku pandangi punggungnya yang perlahan mulai menjauh pergi dan mengilang karna ia telah turun di depan sebuah sekolah. SMA Kirin?? Jadi yeoja itu bersekolah di sana rupanya. Pasti dia pintar menyanyi, pikirku.
Mataku tanpa sengaja menangkap suatu benda yang tertinggal di tempat duduk yeoja manis tadi. Sebuah buku. Buku yang sangat indah.

“Buku apa ini?” karna penasaran, akhirnya aku ambil buku itu.
Ku buka perlahan lembar pertama dari buku yang kini ku pegang ini.

-Aku berteriak melalui Kalbu-

Itulah kata pertama yang muncul dari sana. Sungguh membuat banyak tanda Tanya besar dalam otak dangkalku ini.

“Apa maksud kata-kata ini? Apa gadis itu bisu? Bukankah tadi ia berbicara?” gumamku mencoba menerka-nerka dengan polos. Sampai akhirnya suara Supir Bus mengangetkanku ditengah lamunan.

“Hey anak muda! Kau bersekolah di Shinhwa kan? Ini sudah sampai, apa kau tidak mau turun?” pekik Supir Bus itu padaku. Mungkin ia tahu hal itu dari seragam yang sedang aku kenakan.

“Eoh.. Ne ahjussi.” Aku pun menutup kembali buku itu, dan memasukkannya kembali ke dalam rensel ku. Dengan segera aku bergegas turun dengan berlarian.

Flash back off

Karna rasa penasaranku yang begitu besar ini sudah terlampau batasnya, akhirnya ku putuskan untuk membuka buku itu lagi dan membacanya.
Lembar pertama ku lewati karna aku sudah baca isinya, ku buka lembar ke dua..

-Shin Hyunrin, kau hidup bagaikan seekor putri duyung yang tak bisa berenang di tengah lautan lepas. Bagaikan peri kecil yang ingin terbang jauh namun tak memiliki sepasang sayap. Bagaikan rusa cacat yang ingin berlari. Karna kau-- hanyalah sebuah buku kosong tanpa tulisan-

Lagi, aku dibuatnya heran dan bingung dengan tulisannya. Apalagi ini? Aku bahkan sama sekali tak mengerti isi tulisan ini.

“Owh, namanya Shin Hyunrin.. Tapi tunggu— Apa maksud tulisan ini? Sejak pertama kali melihatnya, ia selalu membuatku penasaran.” aku menghela nafas sejenak. Apa gadis itu terlampau pintar? Atau aku saja yang bodoh? Ash! Menbingungkan.

“Ya, ku rasa besok aku harus membuntutinya.” Desisku menyerah dan berusaha untuk tidur nyenyak hari ini. Aku tak mau besok kembali terlambat dan menjadi bulan-bulanan para Guru Killer itu.

###

Author POV

Pagi yang dingin, putihnya awan mulai turun menyelimuti kota Seoul dengan warnanya yang cerah. Donghae merapatkan hoodie hitamnya agar tubuhnya lebih hangat. Ya cuaca memang sangat dingin pagi ini. Seperti kemarin, Donghae menemukan yeoja bernama shin Hyunrin duduk di pojok belakang. Yeoja itu semakin cantik dengan mengenakan hoodie putih, syal dan penghangat telinga yang berwarna senada. Hingga membuat yeoja itu terlihat seperti malaikat putih yang sengaja di turunkan Tuhan ke bumi untuk seorang Lee Donghae. Benarkah? Entahlah.

Perlahan Donghae melangkahkan kakinya untuk duduk di sebelah Hyunrin gadis manis itu. Wajah tenangnya seolah menjadi satu-satunya titik perhatian Donghae. Hingga saat matanya terpejam, yeoja itu tampak semakin manis dari indera penglihatan namja itu. Aighoo.

“Berhenti menatap ku Tuan! Apa kau ingin berbuat jahat padaku? Tak ada yang bisa kau ambil dari ku!” pekik Hyunrin seraya membuka matanya seketika itu juga. Mata bulat berwarna hitam pekat milik Hyunrin menatap sayu mata Donghae. Ya, tatapan mereka bertemu pada posisi ini.

Deg!!!

Kali ini detak jantung Donghae berdetak dengan sangat cepat. Hingga kini namja itu justru kian terjatuh pada lamunannya. Ash!

“Apa anda tidak dengar! Jangan melihat ku seperti itu, aku benci itu, tatapan penuh belas kasihan” Hyunrin mulai terlihat kesal walau raut wajahnya terlihat tenang dan kata-katanya sangat datar. Mwo? Belas Kasihan?

“Aaanieya.... Bukan maksud ku begitu Nona, Nan....”

“Permisi, aku mau turun!” Hyunrin memotong kata-kata Donghae dengan memencet tombol agar Bus terhenti dan segera berlalu melewati namja itu.
Kembali Hyunrin merapatkan hoodie putihnya, dan melangkahkan kakinya untuk berjalan turun dari dalam bus itu.
Entah apa yang ada dalam pikiran namja bodoh itu hingga ia mengikuti Hyunrin dari arah belakang. Menguntit? Molla.
Sekitar satu lima meter Hyunrin melangkah, tiba-tiba yeoja itu berhenti. Ia merasa ada yang mengalir dari dalam hidungnya dan keluar bebas jatuh dalam telapak tangannya yang menadah. Dan cairan kental itu berwarna merah pekat. Darah!

“Ah selalu seperti ini?” gumam Hyunrin seraya tersenyum miris. Kemudian yeoja itupun segera mengambil tissue dari dalam tasnya dan dengan cepat menghapus jejak merah itu dari hidungnya.
Namun tak lama yeoja itu tiba-tiba merasa sakit di sekitar leher dan kepalanya. Sangat sakit! Pandangan yeoja itu mulai kabur hingga akhirnya Hyunrin terjatuh tak sadarkan diri.
Dari kejauhan Donghae yang sejak tadi memperhatikan Hyunrin itupun langsung lari mendekati gadis manis itu yang sudah tergeletak di jalan.

“Omo!! Ada apa dengan yeoja ini?? M-mwo?? Da-darah?!” pekik Donghae panik melihat darah yang kembali mengalir dari hidung Hyunrin. Dengan gusar Donghae pun lantas menggendong tubuh mungil Hyunrin menuju rumahnya. Karna Donghae pun bingung akan membawa yeoja itu kemana, sementara Donghae tak tahu alamat rumah Hyunrin.


Sesampainya di rumahnya, Donghae membaringkan Hyunrin pada ranjang, tempat tidurnya. Donghae menyentuh dahi Hyunrin mencoba mengecek suhu badan yeoja itu.
“Tidak panas.. Tapi kenapa dia pucat begini?” seru Donghae gelisah. Entah mengapa namja itu merasa begitu panik saat melihat keadaan Hyunrin seperti ini. Ia merasa bertanggungjawab atas yeoja ini jika terjadi hal buruk.

“Tunggu, jika gadis ini memang sakit, pasti di tas nya ada obat atau setidaknya vitamin.” gumam namja itu yang telah berpikir keras.
Segera Donghae pun lekas memeriksa tas Hyunrin, dan benar saja terdapat satu box obat yang Donghae sendiri belum pernah mengetahuinya, bahkan meminumnya. Entah obat macam apa itu. Mungkin jika jumlahnya dihitung ada sekitar 100an tablet obat-obatan tadi.

“Aigoo.. Banyak sekali obatnya? Mungkinkah gadis ini meminumnya semua?” desis Donghae semakin kalut. Namja itu bagaikan kebakaran jenggot. Ia panic setengah mati.

“Lebih baik, minumkan obat itu salah satunya saja..”
Akhirnya, Donghae pun bergegas ke dapur mengambil segelas air putih lantas kembali lagi ke kamarnya.

“Yang ini saja..” Donghae mengambil salah satu obat itu dan meminumkannya pada Hyunrin yang sedang tergeletak lemah. Obat itu pun telah tertelan di mulut Hyunrin, namun keadaannya masih sama, gadis itu belum juga sadar.

“Ya Tuhan, apa jangan-jangan aku salah meminumkan obatnya tadi? Aigoo.. Bagaimana ini? Kalau dia keracunan bagaimana?” Donghae bertambah gusar, ia bahkan melupakan kewajibannya untuk sekolah hanya karna Hyunrin, gadis yang bahkan baru ia temui selama dua kali. Aighoo.
Ketika Donghae sedang kalut-kalutnya, pintu rumahnya diketuk oleh seseorang dengan tak sabaran.

TOK TOK

“Mwo?? Siapa yang datang pagi-pagi begini?? Ash! Apa dia tak tahu aku sedang kebingungan?!” cercanya.
Dengan kesal Donghae pun lekas berjalan menuju pintu. Saat pintu itu terkuak, nampaklah sosok sahabat karibnya.

“Annyeong Donghae-ssi.. Benar dugaanku, kau juga membolos kan? Haha.. Feeling ku memang selalu tepat..” ujar Changmin dengan tersenyum lebarnya. Mereka berdua memang terkadang menghabiskan waktu bolos bersama walau tidak satu kelas. Aighoo, anak jaman sekarang.

“Mwo?? Mau apa kau kemari?? Aku sibuk.. Lain kali saja..” Donghae hendak menutup kembali pintunya, namun dengan segera, Changmin menahannya. Namja itu kian curiga pada sikap Donghae yang berlebihan ini.

“Aigoo.. Tidak biasanya kau mengusirku?? Ada apa hah?? Jangan-jangan kau.. Kau menyembunyikan sesuatu padaku ne??” Changmin semakin curiga dengan gelagat aneh dari Donghae.

“Menyembunyikan sesuatu?? T—tidak.. Tidak..” kilah Donghae berusaha menutupinya.

“Ahh.. Sudahlah aku tahu.. Awas..! Jangan halangi aku!”
Changmin memaksakan diri memasuki rumah Donghae, namun si pemilik rumah menahannya sekuat tenaga. Terjadilah adegan dorong—tarik pintu di depan rumah mungil itu. Namun tak berselang lama, Changmin pun berhasil membuat Donghae kalah dan jatuh tersungkur.

BUGG

“Arggh..” rintih Donghae menahan sakit di lengannya.

“Mianhae.. Aku hanya ingin melihat rumahmu saja.. Salahmu sendiri bertingkah aneh aku kan jadi ingin— M-mworago?? Seorang yeoja tidur di ranjangmu?!” pekik Changmin kaget tatkala penglihatannya menangkap sosok yeoja manis yang tergeletak lemah di atas ranjang Donghae. Jadi ini alasan Donghae menahan pintu itu?


Dengan terpaksa Donghae pun mau tak mau harus menjelaskan semua kejadian yang dialaminya tadi pagi pada -sahabatnya- Changmin. Ia menjelaskan dengan detail apa saja yang membuatnya bertemu dan membawa Hyunrin kemari dalam keadaan tak sadar.

“Omo! Kasian sekali gadis itu..” gumam Changmin seraya memandang sekilas gadis itu.

“Ne, maka dari itu aku menolongnya. Mana mungkin aku membiarkan yeoja yang tergeletak pingsan di tengah jalan? Meski pun orang bilang aku seperti preman, tapi aku juga masih punya hati.” Sahut Donghae. Kali ini niatnya sungguh tulus.

“Nde kau benar. Sekarang apa yang akan kau lakukan hah?” tanya Changmin.

“Aku juga bingung. Aku tak tahu lagi harus apa. Tadi aku sudah meminumkannya obat yang ku temukan di dalam tas yeoja itu. Tapi sampai sekarang dia belum juga sadar. Aku khawatir terjadi sesuatu yang buruk padanya.” timpal Donghae dengan terus memandangi wajah pucat Hyunrin.

“Obat?? Coba ku lihat obatnya.”
Donghae pun memberikan box obat milik Hyunrin itu pada Changmin. Setelah diamati baik-baik, Changmin seperti teringat akan sesuatu hal. Ia seperti pernah melihat obat semacam ini sebelumnya.

“Donghae-ya, aku pernah melihat obat ini. Obat ini sering diminum oleh Appa ku dulu.” Timpal Changmin.

“Mwo? Bukankah appa mu sudah..” ucapan Donghae terhenti. Ya, Appa Changmin memang telah meninggal dua tahun yang lalu. Dan obat yang Changmin pegang sekarang ini adalah obat yang sama persis dengan obat yang dulu sering diminum oleh Appa nya sewaktu masih hidup dulu saat menjalani pengobatan.
“Ne.. Geunde, aku lupa nama penyakitnya.. Yang pasti, penyakit itu yang merenggut nyawa Appa ku Donghae-ya.” mata Changmin mulai berkaca-kaca manakala mengingat peristiwa saat itu. Ia seolah tak ingin orang yang berada di dekatnya mengalami nasib yang sama dengan Appanya, meninggal karna penyakit yang menyiksa itu.

“Omo!! Jadi gadis ini— mengidap penyakit separah itu? Pantas saja.. Buku itu.. Ah, ya.. Di dalam buku itu pasti ada petunjuk lain.”
Dengan cepat Donghae melompat dan lantas mencari keberadaan buku milik Hyunrin yang masih ada padanya.
Dengan gusar ia membolak-balik tiap lembar buku itu. Dan ia menemukan sebuah tulisan menyerupai catatan harian, semacam jadwal?

“Ini dia.. Mwo? Jadwal check up? Hari ini adalah jadwal Hyunrin check up di rumah sakit.”

“Donghae-ya, kajja kita bawa yeoja ini ke rumah sakit saja.. Aku takut jika ia dibiarkan di sini lebih lama lagi, keadaannya akan bertambah memburuk..” usul Changmin diikuti anggukan cepat dari Donghae.
Mereka pun segera membawa Hyunrin dan bergegas menuju rumah sakit seperti yang tertulis di dalam buku harian itu. Changmin dan Donghae segera membawa Hyunrin kerumah sakit terdekat.
Donghae terlihat sangat panik hingga dia membawa Hyunrin kesana kemari mencari dokter yang merawat Hyunrin. Astaga! Masih sempat bocah itu bertingkah bodoh dalam keadaan genting seperti ini!

“Aigo Hae-ya kau ini bodoh eoh? Mengapa bawa Hyunrin ke dokter kandungan!” tegur Changmin seraya menoyor kepala Donghae saat namja itu hendak membawa masuk Hyunrin ke dalam ruangan yang ternyata adalah Spesialis kandungan. Aighoo namja itu sungguh tak mengunakan organ otaknya dengan betul.

“Ah bukankah sama-sama Dokter?” tanya Donghae polos.

“Tentu saja beda bodoh, ah kau ini! Sudah kajja kita kesana, mungkin tempat nya di sebelah sana” tunjuk Changmin ke arah berlawanan.


“Kenapa baru datang?” tanya Dokter Kang saat melihat Hyunrin yang terlihat semakin pucat dan tak sadarkan diri.

“Aku menemukan dia jatuh di jalan tadi pagi. Apa dia baik-baik saja?” tanya Donghae khawatir.

“Dia kedinginan, Hyunrin tidak boleh kedinginan, sebab saat ini tumor otaknya sudah sampai stadium Akhir..” ujar Dokter Kang serius memaparkan kenyataan pahit itu.
“Mworago!!!!!”
Sentak saja Donghae dan Changmin dengan kompak menganga mendengar ucapan Dokter itu. Omo! Tumor Otak? Stadium Empat? Entah bagaimana rasanya ada pada posisi itu?

“Sudah Dokter! Cukup! Jangan di ceritakan lagi aku sudah baik-baik saja. Gomawo sudah menolong ku, tapi lain kali saat kita bertemu lagi, jangan melihat ku seperti itu, memandang dengan rasa iba, aku benci hal itu..” ucap Hyunrin datar seraya sadar dari pingsannya berusaha keras untuk hendak bangkit sendirian tanpa bantuan siapapun.
 ”Apa kau sudah bisa berdiri sendiri?” Tanya Donghae dengan sangat kuatir.
“Jangan hiraukan aku. Aku bukan bayi. Jadi jangan memapahku. Aku bisa berjalan sendiri.” Timpal Hyunrin egois. Ia sungguh gadis yang keras kepala. Bahkan dalam kondisi seperti ini ia masih memikirkan ego nya.
“Yak!!! Kau sombong sekali huh? Sudah bagus kami menolong mu tapi.....” cerca Changmin gemas.

“Aku sudah mengatakan terima kasih. Apa kau tidak dengar? Lain kali jika bertemu lagi idak usah menolong lagi. Aku tidak butuh!” potong Hyunrin menghentikan kata-kata Changmin dan berusaha untuk berjalan dengan tertatih.

“Dokter sepertinya aku tidak usah mendengar nasehat mu lagi. Ini sudah kesekian kalinya apa kau tak lelah? Lagipula aku ke sini hanya untuk menebus obat saja.”
 ”Tapi Hyunrin, kau—”
“Jangan kuatir Paman, aku sudah biasa melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Jangan pikirkan itu.” Hyunrin membungkukkan tubuhnya sedikit tanda ia berpamitan pada Dokter Kang yang tak lain adalah pamannya sendiri.

Pintu itu tertutup pelan, meninggalkan keheningan di ruangan itu. Donghae terdiam memikirkan begitu banyak hal. Dan Changmin? Ia menggerutu hebat karna itu.
“Aighoo bagaimana kau bisa memiliki keponakan seperti itu Dokter Kang? Ash! Apa dia tidak pernah ditolong orang sebelumnya?”

Nampak Donghae kini sibuk menatap pintu yang kini sudah di tutup itu. Kekuatiran itu kian membesar begitu saja.

Terlihat dari lorong kuridor itu Hyunrin berjalan pelan menuju Apotik. Setelah menebus obat, dia segera pulang meski dengan langkah yang ia seret paksa. Ya gadis itu memang egois dan tak mau dikasihani orang lain.

---

Awan jingga tampak mempesona dibalik warna keabuan di atas sana. Udara Seoul sangat dingin sore itu. Walau memakai baju setebal apapun tetap saja dingin itu mampu masuk menusuk hingga ke dalam tulang-tulang manusia. Gadis itu tampak duduk memandangi langit indah itu seraya merasakan hawa dingin ini.

‘Jangan pernah merasa kasihan padaku! Itu hanya akan membuatku semakin membenci hidupku. Membenci takdir ku! Setahun? Hanya satu tahun waktu ku di sini, tidak bisa di lebih lama lagi, yang ada hanya akan di percepat. Sakit di kepala seperti ditusuk oleh ribuan jarum saat datang. Obat pahit ini. Mau tak mau harus aku telan dengan paksa setiap hari. Entah sudah habis berapa butir obat yang telah aku minum selama ini? Bahkan mulutku saat ini seolah terus terasa pahit.  Dan entah Tuhan menyayangiku atau tidak? Hingga aku diberi cobaan berat seperti ini. Menyesal? Tidak! Jika aku menyesal, mungkin kini aku sudah bunuh diri untuk mengakhiri hidupku. Entah kenapa aku kembali memikirkan hal ini? Padahal sudah sejak lama aku tau vonis Dokter itu. Tapi, kenapa aku kembali menangisinya? Karna namja itu? Anniya! Mana mungkin?’ batinnya.

Tak lama Hyunrin bangkit dan berjalan menyusuri jalan setapak itu seraya berusaha untuk dapat menenangkan dirinya. Entah apa yang ia pikirkan kini?

Terlihat Yeoja itu mendekat pada pinggiran sungai dan melempar obat-obat itu, membuangnya jauh ke dalam dasar sungai! Gila! Apa gadis itu ingin mempercepat kematiannya? Aliran deras airmatanya menggoreskan betapa sakit hidupnya selama ini.

‘Maafkan aku Paman Kang, kurasa obat-obatan ini bahkan tak berpengaruh apapun pada hidupku yang singkat ini. Tak ada perubahan sama sekali. Aku sudah jengah menelannya. Mianhae Paman.’

Ada apa dengan gadis ini? Apa yang sesungguhnya ada dalam pikirannya saat ini?

###

Di sisi lain Donghae dan Changmin berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit itu dengan hati yang kalut, iba, serta gelisah. Apalagi jika mengingat kata-kata dari Dokter Kang setelah Hyunrin keluar dari ruangannya tadi.

'Hyunrin mengidap Kanker otak stadium akhir, dia di vonis oleh tim Dokter rumah sakit ini hidupnya tinggal satu tahun lagi. Segala upaya telah kami coba agar dia mau menjalani terapi pengobatan, tapi Hyunrin selalu menolaknya. Ia bahkan selalu melupakan jadwal check up nya. Padahal hal ini demi kesehatannya sendiri. Hmmm… Aku bahkan merasa sangat bersalah karna aku belum bisa menjadi Paman yang baik untuknya selama ini.'

Donghae menghentikan langkahnya, dan menghela nafasnya yang terasa begitu berat pada titik ini.

“Aku sungguh tak menyangka, gadis semanis dia harus menanggung beban yang begitu berat seorang siri.” gumam Donghae. Namja itu seakan terbuka hatinya melihat penderitaan Hyunrin yang tak terlihat pada awal pertemuan mereka.

“Ne, kau benar Donghae-ya.. Ku rasa yeoja itu pasti kesepian.. Tidak ada yang mau berteman dengannya. Apalagi sikapnya yang cuek, tertutup dan tidak mau berbagi itu. Dan egonya yang besar! Ash! Sungguh sangat mengesalkan!” celetuk Changmin.

“Mwo? Ah, ne.. Aku jadi ingin lebih mengenalnya. Dan lebih mengetahui bagaimana hidupnya selama ini?” desis Donghae. Ada semacam getaran pada diri Donghae yang entah datang dari mana asalnya, saat ia sedang berhadapan dengan Hyunrin. Mungkinkah itu rasa suka? Ia menyukai Hyunrin? Molla

###

Terlihat Hyunrin terus menangis diam di pinggir Sungai Han tepatnya di bawah sinar mentari yang semakin condong ke arah barat. Hingga tak terasa bagi yeoja itu hari telah beranjak senja dan hampir malam. Hyunrin pun memilih untuk pulang ke rumahnya yang selalu sepi itu. Orang tuanya menggurus bisnis mereka di Jepang. Bahkan kedua orang tua Hyunrin tak tahu jika anak semata wayangnya itu mengidap penyakit berbahaya yang sewaktu-waktu bisa saja merenggut jiwanya. Mungkin inilah kemauan Hyunrin. Mati dengan tanpa diketahui orang di sekelilingnya, jadi baginya tidak akan terlalu menjadi beban tatkala melihat orang yang ia sayangi menangis saat nanti kematian datang menjemputnya. Itu kenyataan yang sungguh pahit.

Dengan langkah gontai, Hyunrin terus menyeret kakinya menuju rumah.
Sesampainya di sana, Ahjumma yang telah lama bekerja di rumahnya menyambut gadis itu.

“Nona Hyunrin, anda baik-baik saja? Apa anda sudah makan? Perlu ku buatkan makanan?” rentetan pertanyaan itu hanya dijawab dengan satu kata dari mulut Hyunrin.

“Anniya.” gumamnya lantas memasuki kamar. Mengunci diri di sana demi mencari ketenangan.

Pintu kamar tertutup, menyisakan Hyunrin yang berdiri tepat di balik pintu kamar ini. Tubuh kurus yeoja itu merosot ke bawah. Menangis, hanya hal itu yang Hyunrin bisa lakukan saat ini. Setelah diberitahu bahwa umurnya tak lama, yeoja itu hanya mau menyendiri, terkadang Hyunrin tidak mau masuk sekolah. Ia hanya masuk saat ia sungguh bosan di rumah. Dengan umurnya yang hanya satu tahun kurang, ia merasa mustahil dapat belajar dengan giat dan mengejar cita-citanya. Ia merasa percuma saja hidup ini dijalani jika pada akhirnya hanya akan pergi dengan cepat. Jatuh cinta? Untuk apa? Ia merasa masa remaja ini tak ada gunanya. Bahagia bahkan tak pernah sedikitpun menghampiri hidupnya yang pahit dan singkat ini.

“Aku benci takdir… Aku benci obat dan rumah sakit itu! Aku benci!” isakan yeoja itu terdengar pilu dengan lirihnya angin malam ini. Mengapa hal pahit ini harus terjadi padanya seorang diri? Pernahkah ia melakukan salah sebelumnya? Tersirat sebuah kesedihan yang sangat dalam, dadanya sesak menahan penderitaannya sendirian selama ini.

###

Malam itu Donghae sama sekali tidak bisa tidur, tubuhnya selalu bergerak. Seolah ada yang mengganjal sehingga namja itu sulit untuk sekedar memejamkan matanya.
Hyunrin, Hyunrin, hanya nama itu yang muncul di dalam pikirannya saat Donghae hendak menutup mata. Terbayang wajah datar dan pucat yeoja itu. Pasti sangat menyakitkan berada pada posisi itu. Bisakah sekejap saja ia bertukar posisi dengan Hyunrin? Sehari saja…


Besoknya Donghae kembali berangkat sekolah setelah kemarin sempat bolos bersama Changmin. Di dalam bus yang sama, Donghae menatap kursi belakang tempat biasa Hyunrin duduk seraya mendengarkan music dari earphonenya, kali ini tak ada sosok yeoja itu di sana. Kosong.
Dengan pelan Donghae pun duduk di kursi favorit Hyunrin. Entah mengapa namja itu hanya memikirkan gadis itu seorang, sedikitpun tak pernah lepas dari ingatannya sejak kemarin.

“Yak!!! Donghae-ya kau sekolah juga eoh? Ku kira akan membolos lagi?” sapa Changmin saat mereka bertemu di lapangan sekolah.
Diam! Donghae bahkan tak berniat untuk sekedar menjawab sapaan Changmin sedikitpun. Namja itu seolah tak mendengar sapaan dari sahabatnya itu, langkah kakinya terus berjalan masuk ke dalam kelas. Layaknya Zombie yang hanya berjalan lurus. Omo! Mengerikan sekali namja itu.
“Ash! Kenapa lagi dengan bocah tengik itu? Tingkahnya sungguh sangat aneh” gumam Changmin menatapi punggung Donghae yang kian menjauh darinya.

###


Bunyi bell sekolah menandakan pelajaran hari ini telah usai. Murid-murid pun segera bergegas membereskan meja untuk bersiap pulang. Tapi ada yang lain dengan Donghae, namja itu sejak tadi hanya melamun, ia seakan tak mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru tadi sedikitpun. Bagaimana ia bisa fokus pada pelajaran, jika pikirannya kini hanya terisi oleh bayangan Hyunrin.
Dengan gontai Donghae melangkahkan kakinya melewati koridor sekolah, hingga tanpa sengaja ia menabrak seorang namja.

Brug!

Namja itu tersungkur ke tanah dengan wajahnya yang memerah antara menahan malu, kesal serta sakit. Ya, bagaimana tidak? Semua orang di sana memandang namja yang terjatuh tadi dengan tatapan iba, bahkan sebagian ingin tertawa namun ditahan.
Sedangkan Donghae? Ia masih saja belum sadar kalau tadi ia tanpa sengaja telah membuat seorang namja jatuh tersungkur dengan amat memalukan.

“Yak!! Tunggu!” pekik geram namja yang jatuh tadi dengan penuh emosi.
Lagi! Donghae masih saja melangkahkan kakinya tanpa menghiraukan pekikan namja itu sama sekali.

“YAK LEE DONGHAE!” bentak Hankyung dengan emosi yang berapi-api. Ia mencengkram kerah baju Donghae agar namja itu sadar akan keberadaannya.

“Kau ini buta dan tuli ya!! Kau telah membuatku jatuh lalu kau dengan begitu saja pergi tanpa meminta maaf pada ku, hah!! Tidak akan ku biarkan!! Apa kau tak tahu siapa aku huh!”
Hankyung mengepalkan tangannya mendaratkan satu pukulan keras pada pipi Donghae yang mulus.

Bugg!

Aighoo. Donghae tak mengelak atau bahkan melawannya. Ia linglung begitu saja tanpa perlawanan. Kini Donghae pun tersungkur pada lantai itu.

“Rasakan itu!! Kau pikir aku takut padamu hah?! Bodoh! Pukulan segitu saja kau tidak mampu menghindar!” sindir Hankyung. Ia sengaja memancing emosi Donghae dengan sindiran itu. Ya, Hankyung memang termasuk salah satu namja nakal di Shinhwa. Dia juga sering dihukum oleh guru karna sering berkelahi dengan teman satu sekolahnya tanpa alasan yang jelas. Seperti halnya kejadian ini, ia memukul Donghae hanya karna namja itu tak meminta maaf atas kesalahan yang bahkan tak disengaja itu.
Terlihat Donghae mengusap ujung bibirnya yang nampak berdarah, kini sudut bibirnya itu nampak membekas menjadi luka lebam kebiruan.

“Mianhae..” desis Donghae lirih. Ia lantas bangkit, dan melangkah kembali dengan gontai lantas menjauh dari tempat itu. Sungguh bocah itu seolah kesurupan.

“Hah.. Bocah itu kelihatan tidak takut  padaku.. Rupanya dia belum tahu siapa sebenarnya Hankyung! Coba kita lihat seberapa kuat Lee Donghae.. Tunggu saja besok, aku yakin kau akan mati ditanganku!” desis Hankyung penuh dendam. Anak nakal itu seolah merencanakan sesuatu yang jahat pada Donghae.

###

Nampak Donghae memilih berjalan kaki untuk kembali ke rumahnya. Pukulan Hankyung tadi hanya ia anggap sebagai angin lalu yang tak berpengaruh apa-apa terhadap dirinya. Ia tak merasakan sakit sedikitpun. Namja tampan itu terus menyeret kakinya menuju jalanan Seoul dengan langkah linglung yang terlihat begitu berat. Entah apa yang ada dalam pikiran namja itu, hingga langkahnya justru membawa tubuh Donghae sampai di depan SMA Kirin, tempat dimana Hyunrin bersekolah. Apa ia merindukan sosok gadis keras kepala itu?

“Mwo? Mengapa aku lewat sekolah ini? Ada apa denganku?” desis Donghae kebingungan, ia hendak melangkahkan kembali kakinya, namun ia mengurungkan niatnya itu tatkala melihat sosok gadis yang ia kenal berjalan dari halaman sekolah itu menuju trotoar jalan. Ya, yeoja itu tidak lain adalah Hyunrin. Gadis yang telah menguras banyak pikirannya selama ini.
Seulas senyum seketika itu juga terukir dari sudut bibir manis Donghae saat melihat yeoja itu dalam keadaan baik-baik saja. Entahlah, hanya dengan melihat gadis itu saja ia dapat bernafas lega dan tersenyum kembali layaknya mendapat sebuah energi baru. Sungguh aneh memang bocah itu. Ckck!

Kali ini Donghae sengaja tidak menegur atau memanggil nama Hyunrin, ia justru memilih mengekor diam-diam di belakangnya yeoja itu. Layaknya seorang Stalker.
Di sisi lain, entah apa yang Hyunrin rasakan kini, ia berjalan lunglai, bahkan sesekali ia menabrak orang yang berpapasan dengannya. Melihat itu, Donghae hendak menolongnya, namun ia cegah niatnya. Namja itu masih mengingat dengan jelas penolakan dari Hyunrin saat ia menolong gadis itu. Gadis keras kepala itu tak suka ditolong terang-terangan oleh orang lain. Hal itu membuat Hyunrin tampak lemah. Dan ia benci itu.

“Aigoo.. Kau kenapa Hyunrin? Apa kau merasakan sakit itu lagi huh?” gumam Donghae dengan terus mengawasi yeoja yang ada tak jauh berada di depannya.
Tak berselang waktu lama, Hyunrin pun sampai di depan pintu rumahnya lalu menghilang di balik pintu itu. Donghae hanya mampu mengintip yeoja itu di balik pagar rumah Hyunrin, ia masih memutar otaknya untuk mencari cara bagaimana ia bisa masuk ke dalam rumah itu dan memastikan  Hyunrin dalam keadaan baik-baik saja.

“Ayolah Lee Donghae.. Kau pasti punya caranya.. Kau tidak sebodoh itu..” Donghae bergumam tidak jelas dengan terus mondar-mandir di depan pintu gerbang rumah Hyunrin untuk mencari sebuah cara. Jika dilihat seperti ini, namja itu terlihat layaknya maling yang akan mencuri mangga tetangganya. Ash!


tbc....

Well…. Coment yesss.. :p

next part


Brug!
Terlihat Hyunrin jatuh tepat diatas tubuh kekar Donghae! Mata keduanya saling beradu cukup lama dengan jarak yang sangat sangatlah dekat! Hingga dengan gilanya Donghae terhanyut dan tanpa sadar mendaratkan bibirnya tepat di bibir mungil Hyunrin. Karna masih waras, sentak saja gadis itu dengan cepat mendorong dada bidang Donghae dan segera bangkit. Hyunrin mengusap-usap kasar bibirnya mencoba menghapus jejak bibir Donghae di sana.Sedangkan Donghae? Ia bangkit dengan senyum tak jelas yang menggembang di bibirnya itu. Astaga.

“Dasar namja mesum!!” seru Hyunrin yang bangkit dan tampak amat kesal.

---

 

 “Ah aku rasa aku mulai menyukainya. Aku bahkan ingin dia bahagia. Aku sangat ingin mengisi tiap lembar hari-harinya sampai lembar terakhir. Akan ku buat senyuman termanis dari bibirnya di setiap lembar harinya. Aku ingin ia tersenyum manis karna aku berada di sampingnya..”
“Kau yakin akan melakukan hal sulit itu?”
“Aku yakin! Aku pasti bisa menaklukkan hatinya yang dingin itu.”
“Ash! Stop!!! Aku ngantuk. Kau terlalu banyak berbicara.” Changmin menutup telinga nya dengan bantal karna Donghae kian menggila.

1 komentar:

  1. 'Shake It' (video game) - YouTube
    “Shake It” (game) – Video game · “Shake It” – Video game · “Shake It” – Video game · “Shake It” – Video game · “Shake It” – Video game · “Shake It” – youtube to mp3 convert Video game

    BalasHapus